Sabtu, 12 Maret 2011

naskah drama

MENGANALISIS DRAMA
“SAKIT ANEH SANG BAGINDA”


OLEH

RIKARDUS PAIRE BANI

NIM:061 644 021

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2008

“SAKIT ANEH SANG BAGINDA”

Narator : Disebuah negeri timur tengah, berdrilah sebuah kerajaan yang sangat besar dan megah. Tanahnya subur dan berlimpah ruah hasilnya, membuat rakyatnya hidup rukun dan sejah terah. Apalagi kerjaan itu dipimpin oleh seorang raja yang tampan dan gagah berani, membuat negeri itu aman dan damai. Saksikanlah……….!!!

Adegan I

Baginda : (Sambil meletakan swendoknya dalam piringya Islu menarik nafas panjang dalam-dalam dengan tatapan matanya, yang sayup memperhatikan hidangan yang disiapkan). Permaisuriku….?

Permaisuri : ”Ada apa bagindaku…..?

Baginda : “Begini permaisuriku, perutku tersa kering dan mual-mual, rasanya mau muntah sehingga selera makanku menjadi hilang”

Permaisuri : “Ma’af bagindaku, mungkin masakannya kurang enak ya?”

Baginda : “Tidak permaisuriku, makananya sudah enak sekali.”

Pemaisuri : (Permaisuri tidak putus asa, lau memanggil dayangnya). “Dayang….dayang, kemarilah….!

Dayang : (Dengan rergesah-gesah sambil membungkukan badan). “permaisuri memanggil hamba….?”

Pemaisuri : “Ambilkan masan jamur untuk baginda!”

Dayang : “ Baiklah, hamba segera melaksanakan tittah paduka.” (sambil memebawa makanan), “ini makanan untuk paduka, permaisuri”

Permaisuri : “Kembalilah danyangku. Paduka cobalah makan ini mungkin bias mengembalikan selerah makan baginda.”

Baginda :(Mengambil satu sendok nasi lalu mencicipinya…..kemudian)”kauk…kuak…kuak.” (sampai muntah)

Permaisuri : (Dengan tergesah-gesah). “dayang…..dayang…tolong panggilkan tabib kerajaan!”

Dayang : “Ia permaisuri (dengan tergesah-gesah dayang keluar dari ruangan itu dan memanggil tabib. Kemudian dalam waktu yang singkat, dayang kembali dengan seorang tabib kerajaan).

Tabit : “ Ampun permaisuri, adakah yang bisa hambah perbuat….?”

Permaisuri : “Begini tabib, hampir sebulan ini selerah makan baginda terganggu.”

Tabit : “Hamba mohon ampun baginda, ijinkan hamba memeriksa keadaan baginda. (tabib mendekati baginda dan langsung memeriksanya).

Permaisuri : “Bagaimana keadaannya….tabib….?”

Tabib : “Mohon ampun paduka, hamba tidak dapat menemukan penyakit dalam diri baginda, sekali lagi ma’af permaisuri.”

Permaisuri : (Menggeleng-gelengkan kepalanya), “bagaimana ini tabib, apakah tidak ada jalan lain lagi untuk mengetahui penyakit baginda raja….?

Tabib : “Mohon amapun permaisuri, hamba sarankan kalau bisa memanggil abunawas yang mungkin bisa menyembuhkan penyakit baginda raja.

Narator : Pergilah tabib menemui abunawas dan berceritalah mereka tentang penyakit aneh sang baginda raja. Apakah baginda raja dapat disembuhkan…? Apakah abunawas mampu melakukan yang terbaik unttu baginda raja? Saksikan……..!!!

Adegan II

Tabib : “ Abunawas” (sambil menundukkan kepala). “salam sejahtera baginda raja”

Baginda : Apakah kamu yang bernama abunawas….?

Abunawas : “ Mohon ampun baginda, hamba yang bernama abunawas”

Baginda : “ Apakah kamu bisa mengobati penyakitku ini….?

Abunawas : “ Ampun baginda raja, hamba sudah mendengar semua dari tabib kerajaan tentang apa yang paduka derita.”

Baginda : “ Menurutmu, adakah obat yang bisa menyembuhkan penyakitku ini….?”

Abunawas : “ Ada paduka yang mulia.”

Baginda : (Sambil berdiri dengan wajah yang berseri- seri ). “Obat apakah itu abunawas….?

Abunawas : “ Hamba punya saran, di hutan tutupan ada kijang berbulu putih yang dagingnya sagat lezat.”

Baginda : “ Lalu….?”

Abunawas : “ Syaratnya…. Baginda harus menangkap sendiri kijang berbuluh putih itu, apakah baginda sanggup….?”

Baginda : “ Baiklah abunawas, saya sanggup dan besok pagi kita berangkat.” (tanpa ragu-ragu).

Narator : Kemudian pulanglah abunawas ke rumahnya yang letaknya tidak jauh dari singgasana. Abunawas pulang untuk mempersiapkan senua perlengkapan yang akan dibawah. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Baginda, abunawas dan prajurit kerajaan sudah siap di depan singgasana untuk melakukan perjalanan. Mari…..! kita saksikan adegan berikut ini…..!!!

Adegan III

Baginda : “ Abunawas, apakah semua perlengkapan sudah disiapkan?”

Abunawas : “ Bagaimana prajurit, apakah perlengkapan dari singgasana sudah disiapkan?”

Prajurit 1,11 : “Ampun baginda semuanya sudah siap.”

Baginda : “ Kita berangkat sekarang.”

Narator : Rombongan paduka berangkat dengan membawa perlengkapan berburu, tetapi abunawas sengaja membawa nasih putih, air putih, garam, dan asam. Perjalanan cukup panjang dan melelahkan namun, untuk mencapai tujuan, merekapun dengan bersemangat melanjutkan perjalanannya. Maka tibalah mereka di tegah-tegah hutan. Saksikan…!!!

Adegan IV

Baginda : “ Abunawas, selama perjalanan sampai di tengah hutan ini, tidak satupun binatang yang kita temukan.”

Abunawas : “ Memang betul paduka yang mulia, di sini ada semak-semak duri.”

Baginda : “ Kalau disini hanya semak-semak duri, lalu di mana kijang berbulu putih itu….?”

Abunawas : (Diam sejenak sambil tersenyum). “Begini baginda raja, konon kabar kijang berbulu putih itu muncul secara tiba-tiba.”

Baginda : (Sambil mengusap keringat dan menghela napas panjang). Oh… begitu ya abunawas?

Abunawas : “ Ya baginda raja. Kalau begitu, kita istirahat dulu sambil mencari sumber air.”

Baginda : “ Baiklah abunawas.”

Prajurit 1 : “ Mohon ampun paduka, tidak jauh dari sini ada sumber mata air.”

Abunawas : “ Oh…benar paduka. Lebih baik kita segera ke sana.”

Narrator : Lalu dengan langkah pasti, paduka bersama abunawas, dan prajurit-prajuritnya bergegas menuju sumber mata air dan tidak lama kemudian mereka tiba di sumber mata air tersebut. Saksikan….!!!

Adegan V

Baginda : (Menghela napas panjang). “ oh….indah sekali abunawas keadaan ala mini, airnya sangat jernih yang membuatku tidak tahan lagi untuk meminumnya. Dengan air ini, benar-benar menghilangkan dahagaku.”

Abunawas : “Betul paduka, air sangat jernih.”

Prajurit 1,11 : “Mohon ampun paduka, ijinkan hamba memita paduka untuk beristirahat di sini (menunjukkan tempat yang disediakan).”

Baginda : “Terimah kasih prajuritku.” (berjalan memnuju tempat istirahat)

Abunawas : “Ampun baginda, ijinkan hamba untuk mencari ikan di muara itu. (sambil menuju ke arah muara yang tidak jauh dari peristirahatan mereka).”

Baginda : “Oh…silakan abunawas, kebetulan perutku sudah lapar.”

Abunawas : “mohon ampun baginda, hamba dan prajurit segera mencari ikan di sana.”

Narrator : Lalu abunawas bersama prajurit menuju ke muara. Saksikan apakah mereka benar-benar menemukan ikan di muara….?

Adegan VI

Prajurit 11 : “Abunawas, lihatlah ternyata di muara ini banyak sekali ikannya dan sungguh menakjutkan.”

Abunawas : “Oh….betul sekali prajurit.jika kita bisa menangkapnya maka kita akan menikmatinya sampai puas. (sambil menanjapkan sebilah bambu yang sudah diruncing ke arah ikan-ikan di muara).”

Narrator : Berkali-kali abunawas menancapkan bambu ke arah ikan, sehingga ia mendapat beberapa ikan yang sangat besar. Lalu abunawas bersama prajurit bergegas menuju ke tempat baginda beristirahat, sambil membawa ikan hasil tangkapan mereka.

Prajurit 1 : “Mohon ampun baginda, abunawas dan prajurit sudah dating dan membawa bebberapa ikan hasil tangkapan.”

Baginda : “Oh…ikannya besar sekali, rupanya mereka pandai menangkap ikan.”

Abunawas dan prajurit: (dengan wajah tersenyum, tibalah mereka di tempat peristirahatan baginda raja).

Abunawas : “Mohon ampun baginda raja, imilah ikan tangkapan kami.”

Baginda : “kalau begitu bakarlah ikan-ikan itu.”

Abunawas : “Baiklah baginda, hamba akan melakukan perintah.” (sambil tersenyum).

Narator : Bergegaslah abunawas membakar ikan hasil tangkapan mereka dengan hati gembira, abumawas mengkipas bara api sehingga aroma ikan-ikan itu tercium hidung baginda raja. Setelah ikan-ikan itu matang, abunawas membuka bungkusan bekal yang dibawanya. Saksikan…..!!!

Adegan VII

Abunawas : (Sambil menyungguhkan ikan baker yang lezat itu kehadapan baginda raja ). “ampun baginda, ijinkan hamba mempersilakan paduka menikmati ikan-ikan bakar ini.”

Baginda : “Terimah kasih abunawas.”

Narrator : Ternyata baginda raja sangat menikmati masakan-masakan yang sudah disiapkan abunawas bersama prajuritnya. Saksikan…..!!!

Adegan VIII

Baginda : “Abunawas, ikannya enak sekali seperti makanan ini akan saya habiskan.”

Abunawas : “Ampun baginda raja, dengan makanan ini apaka selerah makan baginda sudah pulih kembali?”

Baginda : “Ya, rasanya selerah makanku sudah pulih. Kalau begitu lanjutkan perjalanan mencari kijang berbulu putih itu.”

Abunawas : “Ampun baginda raja, sebenarnya kijang berbulu putih itu tidak ada.”

Baginda : “lalu, bagaimana kita harus mendapatkan obat unttuk penyakitku ini?”

Abunawas : “Mohon ampun baginda, baginda tidak perlu mencari obat lagi, karena selerah makan baginda sudah pulih kembali.”

Baginda : “Kamu benar-benar abunawas, penyakit anehku sudah sembuh. Bagaimana ini bisa terjadi?”

Abunawas : “Menurut hamba, sebenarnya baginda tida menderita penyakit apapun karena selama ini ketika makan, perut baginda belum terasa lapar apa lagi baginda tidak banyak bergerak.”

Baginda : “Kamu benar-benar cerdik abunawas, kalau begitu lain waktu kita berburu lagi.”

Abunawas : (Sambil tertawa terbahak-bahak) “ha…..ha….ha……ha…….”

Narator : Demikianlah kisah cerita “ SAKIT ANEH SANG BAGINDA” yang membuat kita semakin penasaran untuk mencari tahu apakah kijang putih itu benar-benar ada? sebaga akhir kata “saya ingin menyampaikan mohon ma’af dari hati yang paling dalam bila ada kata-kata dan kalimat yang kurang menyenang di hati para pembaca.”

“TERIMAH KASIH”

A. Tema : ABUNAWAS YANG CERDIK

B. Latar atau Seting

1. Tempat

a. Disebuah negeri timur tengah. Disebuah kerajaan yang sangat besar dan megah.

b. Di tengah hutan

c. Di pinggir sebuah muara

2. Waktu

a. Pada pagi hari

b. Pada siang hari

C. Alur atau Plot

(Tahapan Alur Drama)

1. Pemaparan atau eksposisi : disebuah negeri timur tengah. Disebuah kerajaan yang sangat besar dan megah.

2. Komplikasi : tabib yang menemukan adanya penyakit pada sang baginda

3. Klimaks : abunawas mempunyai obat yang bisa menyembuhkan penyakit baginda yaitu berburu kijang beebulu putih.

4. Penyelesaian/katastrota : baginda tidak memiliki penyakit, dia hanya kurang bergerak.

D. Penokohan atau Perwatakan

Perwatakan Batin

1. Baginda : Tidak nudah putus asa

2. permaisuri : Tidak nudah putus asa, mengurus baginda yang sedang sakit.

3. Dayang-dayang : Selalu setia melayani baginda dan permaisuri

4. Tabib : Bijasana dalam memberi jalan keluar untuk menyembuhkan baginda raja.

5. Prajurit : Setia menemani baginda raja disaat berburu

6. Abunawas : Pintar, cerdik, dan bijaksana

E. Amanat

Agar tidak boleh memperdiksikan sesuatu yang tidak kita ketahui kebenarannya, dan harus saling talong-menolong kepada sesama yang membutuhkan bantuan kita.

pengertian teater


PENGERTIAN SENI TEATER(by agsan)
Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada) , penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai(bahasa yunani) yang artinya takjub melihat atau memandang.
Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.
Teeater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis.
Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.
SUMBER : Buku Seni Rupa, Heru Purwanto dkk, Ganexa Exact(agsan)



Pengertian Teater(by agsan)

Sepanjang sejarahnya, terdapat beberapa istilah untuk menyebut seni teater, yakni Drama, Tonil, Sandiwara, Komidi, Lakon, dan Teater.  Kopdar

Drama, berasal dari bahasa Yunani “dram” yang berarti gerak atau perbuatan. Dalam bahasa Inggrisnya “action”. Moulton dalam Dramatic Artis mengemukakan, drama adalah life presented in action atau suatu segi kehidupan yang disajikan dengan gerak. Dengan demikian, gerak (baik berupa bicara, isyarat, maupun gerak-gerik di panggung) merupakan esensi (pokok/utama) dalam drama. Drama (Yunani Kuno δρᾶμα) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.

Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang memiliki arti pertunjukan. Istilah ini mulai dikenal di Indonesia pada jaman penjajahan Belanda sebelum Perang Dunia II. yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara Sandiwara, berasal dari bahasa Jawa “sandhi” yang berarti rahasia, dan “warah” yang berarti ajaran/pengajaran. Jadi Sandiwara dapat diartikan sebagai pengajaran yang disampaikan secara rahasia atau melalui perlambang-perlambang dalam suatu bentuk tontonan. Istilah ini mulai dikenal di Indonesia pada jaman penjajahan Jepang (1942-1945), sebagai pengganti kata toneel yang kebelanda-belandaan.

Komidi, berasal dari bahasa Inggris “comedy” yang berarti suatu bentuk pementasan yang jalinan ceritanya lucu. Namun di Indonesia pada masa penjajahan Belanda, komidi seringkali dimaksudkan sebagai Komidi Stambul, yaitu suatu bentuk drama yang selalu menyajikan cerita yang diangkat dari Istambul (ibukota Turki waktu itu). Komidi Stambul (bukan komisi jambul! Ini mah istilahnya para anggota dewan, pejabat, dan pengusaha! Heheh!) sering juga disebut Komidi Bangsawan karena hanya disajikan bagi kaum ningrat alias bangsawan.

Lakon, berasal dari bahasa Jawa yang mempunyai arti cerita atau perjalanan cerita. Istilah ini hanya dikenal dan dipakai di daerah Jawa, Bali, dan Madura serta daerah-daerah yang pernah dipengaruhi Kerajaan Majapahit.

Teater, berasal dari bahasa Yunani “theatron” yang berarti takjub memandang. Pada perkembangan berikutnya, teater mewakili tiga pengertian yaitu: (1) sebagai gedung tempat pertunjukan atau panggung, yakni sejak jaman Thucydides <471-295 SM> dan Plato <428-348 SM>, (2) sebagai publik/auditorium, yakni sejak jaman Herodotus <490-424 SM>, (3) sebagai suatu bentuk karangan pertunjukan. Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas, teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Teater bisa juga diartikan sebagai drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.

Teater (Bahasa Inggris “theater” atau “theatre”, Bahasa Perancis “théâtre” berasal dari Bahasa Yunani “theatron”, θέατρον, yang berarti “tempat untuk menonton”) adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Univesitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, mendefinisikan teater sebagai ” yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain.” Teater bisa juga berbentuk: opera, ballet, mime, kabuki, pertunjukan boneka, tari India klasik, Kunqu, mummers play, improvisasi performance serta pantomim(aaaaaaagsan)